Rabu, 11 Desember 2013



TUGAS INDIVIDU

Sebagai salah satu syarat untuk mengikuti mikro layanan bimbingan klasical  yang diampu oleh , Eko Susanto, M.Pd, S.Pd, Kons
Disusun Oleh :   

 

      
Nama             : Sastriyani
NPM               : 10130808
Prodi               : Bimbingan dan Konseling
Smstr/Kelas   : VI/C


FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
PRODI BIMBINGAN DAN KONSELING
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH METRO
2013/2014

MEDIA BIBLIOTERAPI DAN MEDIA FILM

Soal
1.    Apa yang dimaksud dengan pengertian dari biblioterapi dan media film?..
Jawab:                      
A.   Biblioterapi
Biblioterapi berasal dari kata biblion dan therapeia. Biblion berarti buku atau bahan bacaan, sementara therapeia artinya penyembuhaan. Jadi, biblioterapi dapat dimaknai sebagai upaya penyembuhan lewat buku. Bahan bacaan berfungsi untuk mengalihkan orientasi dan memberikan pandangan-pandangan yang positif sehingga menggugah kesadaran penderita untuk bangkit menata hidupnya.
Secara medis, pemikiran Plato diteruskan oleh Rush dan Galt pada 1815-1853. Lewat percobaan-percobaan medis, keduanya berkesimpulan bahan bacaan dapat dipadukan dengan proses konseling, terutama untuk menciptakan hubungan yang hangat, mengeksplorasi gaya hidup, dan menyarankan wawasan mendalam (insight). Para dokter di Inggris membangun kerjasama dengan para pustakawan untuk pengembangan model terapi ini.Perkembangan biblioterapi berjalan pesat setelah Perang Dunia I. Rumah sakit mendirikan perpustakaan untuk mengembalikan kondisi psikis para tentara yang cacat akibat perang.
 American Library Association (ALA) melaporkan metode ini telah membantu 3.981 tentara untuk menerima kondisi yang dialaminya.Tingkat Intervensi Biblioterapi. Lewat membaca seseorang bisa mengenali dirinya. Informasi dan pengetahuan yang diperoleh dari kegiatan membaca menjadi masukan untuk memecahkan masalah yang dihadapi seseorang. Saat membaca, pembaca menginterpretasi jalan pikiran penulis, menerjemahkan simbol dan huruf ke dalam kata dan kalimat yang memiliki makna tertentu, seperti rasa haru dan simpati. Perasaan ini dapat “membersihkan diri” dan mendorong sesorang untuk berperilaku lebih positif.
Menurut Novitawati (2001) intervensi biblioterapi dapat dikelompokkan dalam empat tingkatan, yaitu intelektual, sosial, perilaku, dan emosional.
1.    pada tingkat intelektual individu memperoleh pengetahuan tentang perilaku yang dapat memecahkan masalah, membantu pengertian diri, serta mendapatkan wawasan intelektual. Selanjutnya, individu dapat menyadari ada banyak pilihan dalam menangai masalah.
2.    di tingkat sosial, individu dapat mengasah kepekaan sosialnya. Ia dapat melampaui bingkai referensinya sendiri melalui imajinasi orang lain. Teknik ini dapat menguatkan pola-pola sosial, budaya, menyerap nilai kemanusiaan dan saling memiliki.
3.    tingkat perilaku individu akan mendapatkan kepercayaan diri untuk membicarakan masalah-masalah yang sulit didiskusikan akibat perasaan takut, malu, dan bersalah. Lewat membaca, individu didorong untuk diskusi tanpa rasa malu akibat rahasia pribadinya terbongkar.
4.    pada tingkat emosional, individu dapat terbawa perasaannya dan mengembangkan kesadaran menyangkut wawasan emosional. Teknik ini dapat menyediakan solusi-solusi terbaik dari rujukan masalah sejenis yang telah dialami orang lain sehingga merangsang kemauan yang kuat pada individu untuk memecahkan masalahnya.
Sedangkan menurut Oslen (2006) menyarankan lima tahap penerapan biblioterapi, baik dilakukan secara perorangan maupun kelompok.
1.    awali dengan motivasi. Terapis dapat memberikan kegiatan pendahuluan, seperti permainan atau bermain peran, yang dapat memotivasi peserta untuk terlibat secara aktif dalam kegiatan terapi
2.     berikan waktu yang cukup. Terapis mengajak peserta untuk membaca bahan-bahan bacaan yang telah disiapkan hingga selesai. Yakinkan, terapis telah akrab dengan bahan-bahan bacaan yang disediakan.
3.     Lakukan inkubasi. Terapis memberikan waktu pada peserta untuk merenungkan materi yang baru saja mereka baca.
4.     tindak lanjut. Sebaiknya tindak lanjut dilakukan dengan metode diskusi. Lewat diskusi peserta mendapatkan ruang untuk saling bertukar pandangan sehingga memunculkan gagasan baru. Lalu, terapis membantu peserta untuk merealisasikan pengetahuan itu dalam hidupnya.
5.    evaluasi. Sebaiknya evaluasi dilakukan secara mandiri oleh peserta. Hal ini memancing peserta untuk memperoleh kesimpulan yang tuntas dan memahami arti peengalaman yang dialami.
      
B.   Media Film
Untuk mengetahui peranan film sebagai media perlu kita kaji beberapa hal mengenai film dan media.
Menurut Haney dan Ulmer (1981) dalam Yusuf Hadi Miarso (2004) media presentasi yang paling canggih adalah media yang dapat menyampaikan lima macam bentuk informasi yaitu gambar, garis, simbol, suara, dan gerakan.
 Media itu adalah gambar hidup (film) dan televisi / video.Film disebut juga gambar hidup (motion pictures), yaitu serangkaian gambar diam (still pictures) yang meluncur secara cepat dan diproyeksikan sehingga menimbulkan kesan hidup dan bergerak.
Film merupakan media yang menyajikan pesan audio, visual dan gerak. Oleh karenanya, film memberikan kesan yang impresif bagi pemirsanya. Film di kategorikan dalam beberapa jenis, diantaranya adalah film dokumenter, film cerita pendek, film cerita panjang, film perusahaan (company profile), iklan televisi, program televisi, video klip, dan film pembelajaran. Lebih jelasnya akan dipaparkan pada subbab berikutnya
Soal
2.    Kapan biblioterapi dan media film itu dilakukan...?
Jawab:
Saat seorang klien atau siswa memiliki masalah karena Dalam hidup, kita tak akan lepas dari yang namanya masalah, baik itu masalah eksternal (lingkungan) maupun masalah internal (psikologis). Tak jarang masalah yang membelit, mudah menyebabkan kita galau, stress dan depresi. Di saat-saat seperti itu biasanya kita membutuhkan seseorang sekedar untuk mendengarkan keluh kesah kita. Bahkan ada juga mereka yang rela mengunjungi seorang psikolog atau psikiater untuk berkonsultasi. Tak hanya itu saja, bagi sebagian orang, masalah yang terlalu dalam menyerang hati mereka, bisa mereka tumpahkan dengan cara menulis ataupun membaca. Dalam kondisi stress dan depresi seperti itu, merupakan naluri alamiah manusia mencari sesuatu agar mereka terhindar dari stres yang membelenggu. Namun tak jarang sebagian dari kita justru mencari pelarian sesaat atau pelampiasan kepada hal-hal yang sifatnya merusak diri, seperti mengkonsumsi narkoba, hingga nekat berbuat vandalisme (kejahatan). Sangat disayangkan bila kita sampai terjerumus melakukan hal-hal yang bisa merusak dan merugikan diri kita. Padahal masih ada cara lain yang lebih murah dan mudah untuk mengatasi beban masalah yang menjerat kita yaitu dengan sebuah terapi kejiwaan. Terapi kejiwaan ini dikenal dengan nama “Biblioterapi”, yaitu suatu terapi kejiwaan dengan menggunakan bantuan buku. Di sinilah kita akan mengakui betapa kekuatan sebuah buku mampu menjadi terapi bagi kesehatan jiwa kita. Kemudian akan timbul pertanyaan, apakah hubungannya masalah kejiwaan dengan buku? Ketahuilah bahwa dari buku kita bisa mendapatkan banyak hal, antara lain ilmu pengetahuan, informasi, hiburan, dan banyak lagi manfaat yang bisa kita peroleh dari sebuah buku.
A.   Media Film
Ketika seorang siswa membutuhkan layanan media film tersebut. Karena dengan adanya media film dapat menyelesaikan masalah yang ada pada diri siswa tersebut bahkan jika untuk siswa yang tidak memiliki masalah dapat memberi solusi-solusi dalam film yang ditayangkan
Soal          
3.    Siapakah yang dapat diberi layanan biblioterapi?
A.   Biblioterapi
Setiap orang baik yang bermasalah maupun tidak bermasal namun yg lebih diutamakan yaitu yg merasa memiliki masalah karena dengan diberikan layanan bibloterapi diharapkan ketika seseorang membaca buku mereka dapat mengambil  informasi, nilai, dan solusi tepat dari permasalahan yang dihadapi melalui buku yang dibaca. Dengan terlaksananya layanan biblioterapi, secara tidak langsung siswa diarahkan untuk meningkatkan minat baca mereka. Selain itu proses biblioterapi memungkinkan seseorang menciptakan banyak kelompok diskusi berdasarkan bahan pustaka yang dirujuk sebagai buku terapi. Sedangka untuk seorang yang memiliki masalah diharapkan dengan buku tersebut mereka dapat menyelesaikan masalah yang sedang dihadapi.
B.   Media Film
Setiap orang baik yang bermasalah maupun tidak bermasal namun yg lebih diutamakan yaitu yg merasa memiliki masalah karena dengan diberikan layanan bibloterapi diharapkan ketika seseorang membaca buku mereka dapat mengambil  informasi, nilai, dan solusi tepat dari permasalahan yang dihadapi melalui film yang dilihat. Dengan terlaksananya layanan media film, secara tidak langsung siswa diarahkan untuk meningkatkan minat mereka. Selain itu proses media film memungkinkan seseorang menciptakan banyak kelompok diskusi. Sedangka untuk seorang yang memiliki masalah diharapkan dengan buku tersebut mereka dapat menyelesaikan masalah yang sedang dihadapi.
Soal
4.    Dimana biblioterapi dilakukan?..
Jawab
A.   Biblioterapi
Bisa dikantor, dibawah pohon dan dimana saja asalkan klien atau siswa merasa nyaman ketika biblioterapi atau membaca buku tersebut
B.   Media Film
Media film dapat dilakukan pada ruangan kelas atau aula/gedung secara klasikal, berkelompok dan individual yang sesuai dengan permasalahan yang diamlami oleh sisiwa atau klien
soal                              
5.    Mengapa biblioterapi harus diberikan kepad sisiwa atau klien?..
Jawab:        
A.   Biblioterapi
a.    Agar klien atau siswa dapat melampaui bingkai referensinya sendiri melalui imajinasi orang lain. Teknik ini dapat menguatkan pola-pola sosial, budaya, menyerap nilai kemanusiaan dan saling memiliki. Ketiga, tingkat perilaku siswa akan mendapatkan kepercayaan diri untuk membicarakan masalah-masalah yang sulit didiskusikan akibat perasaan takut, malu, dan bersalah.
b.    Karena lewat membaca, siswa didorong untuk diskusi tanpa rasa malu akibat rahasia pribadinya terbongkar. Keempat, pada tingkat emosional, siswa dapat terbawa perasaannya dan mengembangkan kesadaran menyangkut wawasan emosional. Teknik ini dapat menyediakan solusi-solusi terbaik dari rujukan masalah sejenis yang telah dialami orang lain sehingga merangsang kemauan yang kuat pada siswa untuk memecahkan masalahnya dan mencapai pengembangan diri yang optimal.
c.    Agar siswa mampu mengambil informasi, nilai, dan solusi tepat dari permasalahan yang dihadapi melalui buku yang dibaca. Dengan terlaksananya layanan biblioterapi, secara tidak langsung siswa diarahkan untuk meningkatkan minat baca mereka terhadap koleksi bahan pustaka yang disediakan oleh perpustakaan sekolah. Selain itu proses biblioterapi memungkinkan siswa untuk menciptakan banyak kelompok diskusi berdasarkan bahan pustaka yang dirujuk sebagai buku terapi.
B.   Media Film
sebagai alat komunikasi yang sangat membantu proses pembelajaran yang efektif dan efisiensi, mengatasi keterbatasan jarak dan waktu, mampu menggambarkan peristiwa-peristiwa masa lalu secara realistis dalam waktu yang singkat, film dapat diulangi bila perlu untuk menambah kejelasan, mengembangkan imajinasi peserta didik, film sangat baik untuk menjelaskan suatu proses dan dapat menjelaskan suatu ketrampilan. HASIL Menurut ahli media, film pembelajaran yang telah dibuat oleh penulis yang berisi tentang ketrampilan dasar mengajar dan praktik memperbaiki power supply komputer yang mempunyai kekurangan yang terletak pada teknik pengambilan gambar yang masih belum memenuhi standar film seperti ukuran/jenis dari shot yang dilakukan, perpindahan scene dan pergerakan kamera. Oleh karena itu dalam hal pengambilan gambar perlu dicari seseorang yang benar-benar ahli dalam bidang pengambilan gambar. Ahli substansi juga berpendapat bahwa secara umum proses pengukuran yang dilakukan sudah benar dan materi yang disampaikan logis. Terdapat kesesuaian dari sajian visual dengan materi yang disampaikan. Disarankan agar proses perbaikan power supply komputer diawali dengan proses troubleshooting yang lebih mendetail
soal
6.    Bagaiman tahab-tahab biblioterapidan aplikasinya?
Jawab:
A.    Tahab-tahab biblioterapi
a.    Identifikasi, klien mengidentifikasi dirinya dengan karakter dan peristiwa yang ada dalam buku, baik yang bersifat nyata atau fiksi. Bila bahan bacaan yang disarankan tepat maka klien akan mendapatkan karakter yang mirip atau mengalami peristiwa yang sama dengan dirinya.
b.    Katarsis, klien menjadi terlibat secara emosional dalam kisah dan menyalurkan emosi-emosi yang terpendam dalam dirinya secara aman (seringnya melalui diskusi atau karya seni).
c.    Wawasan Mendalam (insight), setelah katarsis klien (dengan bantuan pembimbing) menjadi sadar bahwa permasalahannya bisa disalurkan atau dicarikan jalan keluarnya. Permasalahan klien mungkin saja dia temukan dalam karakter tokoh dalam buku sehingga dalam menyelesaikannya dia bisa mempertimbangkan langkah-langkah yang ada dalam cerita buku.
Biblioterapi dapat disampaikan secara individual maupun kelompok. Pada individual biblioterapi, bahan-bahan yang dibutuhkan harus bersifat khusus dan rinci. Klien harus membaca bahan bacaan atau literatur yang sesuai dengan kesukaannya. Kegiatan apa yang akan ditindaklanjuti juga bisa disampaikan secara individual pada klien. Klien membahas kisah dalam buku dengan pembimbing, menulis laporan, merekam dalam perekam suara, atau mengungkapkan reaksinya. Melalui proses ini klien mampu membongkar beban emosi dan meringankan tekanan emosional. Selain itu, dengan pemeriksaan dan analisis nilai-nilai moral dan stimulasi pemikiran kritis, klien bisa mengembangkan kesadaran diri, meningkatkan konsep diri, dan memperbaiki penilaian pribadi dan sosial. Hasilnya ada perbaikan perilaku, kemampuan untuk menangani dan memahami masalah kehidupan yang penting, dan peningkatan empati, toleransi, respek. Semuanya bisa dilakukan melalui identifikasi dengan bahan bacaan yang sesuai.
B.     Aplikasi biblioterapi
a.     Identifikasi kebutuhan-kebutuhan klien. Tugas ini dilakukan melalui pengamatan, berbincang dengan orangtua, penugasan untuk menulis, dan pandangan dari sekolah atau fasilitas-fasilitas yang berisi rekam hidup klien.
b.    Sesuaikan klien dengan bahan-bahan bacaan yang tepat. Carilah buku yang berhubungan dengan perceraian, kematian keluarga, atau apapun yang dibutuhkan yang telah diidentifikasi. Jagalah hal-hal ini dalam ingatan
c.    Buku harus sesuai dengan tingkat kemampuan baca klien
d.    Tulisan harus menarik dan melatih klien untuk lebih dewasa
e.    Tema bacaan seharusnya sesuai dengan kebutuhan yang telah diidentifikasi dari klien.
f.     Karakteristik seharus dapat dipercaya dan mampu memunculkan rasa empati
g.    Alur kisah seharusnya realistis dan melibatkan kreativitas untuk menyelesaian masalah.
h.    Putuskan susunan waktu dan sesi serta bagaimana sesi diperkenalkan pada klien.
i.      Rancanglah aktivitas-aktivitas tindak lanjut setelah membaca, seperti diskusi, menulis makalah, menggambar, dan drama.
j.      Motivasi klien dengan aktivitas pengenalan seperti mengajukan pertanyaan untuk menuju ke pembahasan tentang tema yang dibicarakan.
k.     Libatkan klien dalam fase membaca, berkomentar atau mendengarkan. Ajukan pertanyaan-pertanyaan pokok dan mulaialah berdiskusi kecil tentang bacaan. Secara berkala, simpulkan apa yang terjadi secara panjang lebar.
l.      Berilah waktu jeda beberapa menit agar klien bisa merefleksikan materi bacaannya.
m.   Kenalkan aktivitas tindak lanjut:
a.    Menceritakan kembali kisah yang dibaca
b.    Diskusi mendalam tentang buku, misalnya diskusi tentang benar dan salah, moral, hukum, letak kekuatan dan kelemahan dari karakter utama dan lain-lain.
c.    Aktivitas seni seperti menggambar ilustasi persitiwa kisah, membuat kolase dari foto majalah dan berita utama untuk mengilustrasikan peristiwa-peristiwa dalam kisah, melukis gambar peristiwa)
d.     Menulis kreatif, seperti menyelesaikan kisah dalam cara yang berbeda, mengkaji keputusan dari karakter
e.     Drama, seperti bermain peran, merekonstruksi kisah dengan wayang yang dibuat selama aktivitas seni, yang menjadi coba-coba dalam karakter
f.     Dampingi klien untuk meraih penutupan melalui diskusi dan menyusun daftar jalan keluar yang mungkin atau aktivitas lainnya.
C.     Tahab media film
a.    Identifikasi, klien mengidentifikasi dirinya dengan karakter dan peristiwa yang ada dalam film, baik yang bersifat nyata atau fiksi. Bila bahan film yang disarankan tepat maka klien akan mendapatkan karakter yang mirip atau mengalami peristiwa yang sama dengan dirinya.
b.    Katarsis, klien menjadi terlibat secara emosional dalam kisah dan menyalurkan emosi-emosi yang terpendam dalam dirinya secara aman
c.    Wawasan Mendalam (insight), setelah katarsis klien (dengan bantuan pembimbing) menjadi sadar bahwa permasalahannya bisa disalurkan atau dicarikan jalan keluarnya. Permasalahan klien mungkin saja dia temukan dalam karakter tokoh dalam buku sehingga dalam menyelesaikannya dia bisa mempertimbangkan langkah-langkah yang ada dalam cerita buku.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar