TUGAS INDIVIDU
Sebagai
salah satu syarat untuk mengikuti mikro layanan bimbingan klasical yang diampu oleh , Eko Susanto, M.Pd, S.Pd,
Kons
Disusun Oleh :
Nama :
Sastriyani
NPM : 10130808
Prodi :
Bimbingan dan Konseling
Smstr/Kelas : VI/C
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU
PENDIDIKAN
PRODI BIMBINGAN DAN
KONSELING
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH METRO
2013/2014
MEDIA
BIBLIOTERAPI DAN MEDIA FILM
Soal
1. Apa yang
dimaksud dengan pengertian dari biblioterapi dan media film?..
Jawab:
A. Biblioterapi
Biblioterapi berasal dari kata biblion dan therapeia. Biblion berarti buku
atau bahan bacaan, sementara therapeia artinya penyembuhaan. Jadi, biblioterapi
dapat dimaknai sebagai upaya penyembuhan lewat buku. Bahan bacaan berfungsi
untuk mengalihkan orientasi dan memberikan pandangan-pandangan yang positif
sehingga menggugah kesadaran penderita untuk bangkit menata hidupnya.
Secara medis, pemikiran Plato diteruskan oleh Rush dan Galt pada 1815-1853.
Lewat percobaan-percobaan medis, keduanya berkesimpulan bahan bacaan dapat
dipadukan dengan proses konseling, terutama untuk menciptakan hubungan yang
hangat, mengeksplorasi gaya hidup, dan menyarankan wawasan mendalam (insight).
Para dokter di Inggris membangun kerjasama dengan para pustakawan untuk
pengembangan model terapi ini.Perkembangan biblioterapi berjalan pesat setelah
Perang Dunia I. Rumah sakit mendirikan perpustakaan untuk mengembalikan kondisi
psikis para tentara yang cacat akibat perang.
American Library Association (ALA)
melaporkan metode ini telah membantu 3.981 tentara untuk menerima kondisi yang
dialaminya.Tingkat Intervensi Biblioterapi. Lewat membaca seseorang bisa
mengenali dirinya. Informasi dan pengetahuan yang diperoleh dari kegiatan
membaca menjadi masukan untuk memecahkan masalah yang dihadapi seseorang. Saat
membaca, pembaca menginterpretasi jalan pikiran penulis, menerjemahkan simbol
dan huruf ke dalam kata dan kalimat yang memiliki makna tertentu, seperti rasa
haru dan simpati. Perasaan ini dapat “membersihkan diri” dan mendorong sesorang
untuk berperilaku lebih positif.
Menurut Novitawati (2001) intervensi biblioterapi dapat dikelompokkan dalam
empat tingkatan, yaitu intelektual, sosial, perilaku, dan emosional.
1. pada tingkat
intelektual individu memperoleh pengetahuan tentang perilaku yang dapat
memecahkan masalah, membantu pengertian diri, serta mendapatkan wawasan
intelektual. Selanjutnya, individu dapat menyadari ada banyak pilihan dalam
menangai masalah.
2. di tingkat
sosial, individu dapat mengasah kepekaan sosialnya. Ia dapat melampaui bingkai
referensinya sendiri melalui imajinasi orang lain. Teknik ini dapat menguatkan
pola-pola sosial, budaya, menyerap nilai kemanusiaan dan saling memiliki.
3. tingkat
perilaku individu akan mendapatkan kepercayaan diri untuk membicarakan
masalah-masalah yang sulit didiskusikan akibat perasaan takut, malu, dan
bersalah. Lewat membaca, individu didorong untuk diskusi tanpa rasa malu akibat
rahasia pribadinya terbongkar.
4. pada tingkat
emosional, individu dapat terbawa perasaannya dan mengembangkan kesadaran
menyangkut wawasan emosional. Teknik ini dapat menyediakan solusi-solusi
terbaik dari rujukan masalah sejenis yang telah dialami orang lain sehingga
merangsang kemauan yang kuat pada individu untuk memecahkan masalahnya.
Sedangkan menurut Oslen (2006) menyarankan lima tahap penerapan
biblioterapi, baik dilakukan secara perorangan maupun kelompok.
1. awali dengan
motivasi. Terapis dapat memberikan kegiatan pendahuluan, seperti permainan atau
bermain peran, yang dapat memotivasi peserta untuk terlibat secara aktif dalam
kegiatan terapi
2. berikan waktu yang cukup. Terapis mengajak
peserta untuk membaca bahan-bahan bacaan yang telah disiapkan hingga selesai.
Yakinkan, terapis telah akrab dengan bahan-bahan bacaan yang disediakan.
3. Lakukan inkubasi. Terapis memberikan waktu
pada peserta untuk merenungkan materi yang baru saja mereka baca.
4. tindak lanjut. Sebaiknya tindak lanjut
dilakukan dengan metode diskusi. Lewat diskusi peserta mendapatkan ruang untuk
saling bertukar pandangan sehingga memunculkan gagasan baru. Lalu, terapis
membantu peserta untuk merealisasikan pengetahuan itu dalam hidupnya.
5. evaluasi.
Sebaiknya evaluasi dilakukan secara mandiri oleh peserta. Hal ini memancing
peserta untuk memperoleh kesimpulan yang tuntas dan memahami arti peengalaman
yang dialami.
B. Media Film
Untuk mengetahui peranan film sebagai media perlu kita kaji beberapa hal
mengenai film dan media.
Menurut Haney dan Ulmer (1981) dalam Yusuf Hadi Miarso (2004) media
presentasi yang paling canggih adalah media yang dapat menyampaikan lima macam
bentuk informasi yaitu gambar, garis, simbol, suara, dan gerakan.
Media itu adalah gambar hidup (film)
dan televisi / video.Film disebut juga gambar hidup (motion pictures),
yaitu serangkaian gambar diam (still pictures) yang meluncur secara cepat
dan diproyeksikan sehingga menimbulkan kesan hidup dan bergerak.
Film merupakan media yang menyajikan pesan audio, visual dan gerak. Oleh
karenanya, film memberikan kesan yang impresif bagi pemirsanya. Film di
kategorikan dalam beberapa jenis, diantaranya adalah film dokumenter, film
cerita pendek, film cerita panjang, film perusahaan (company profile),
iklan televisi, program televisi, video klip, dan film pembelajaran. Lebih
jelasnya akan dipaparkan pada subbab berikutnya
Soal
2. Kapan
biblioterapi dan media film itu dilakukan...?
Jawab:
Saat
seorang klien atau siswa memiliki masalah karena Dalam hidup, kita tak akan
lepas dari yang namanya masalah, baik itu masalah eksternal (lingkungan) maupun
masalah internal (psikologis). Tak jarang masalah yang membelit, mudah
menyebabkan kita galau, stress dan depresi. Di saat-saat seperti itu biasanya
kita membutuhkan seseorang sekedar untuk mendengarkan keluh kesah kita. Bahkan
ada juga mereka yang rela mengunjungi seorang psikolog atau psikiater untuk
berkonsultasi. Tak hanya itu saja, bagi sebagian orang, masalah yang terlalu
dalam menyerang hati mereka, bisa mereka tumpahkan dengan cara menulis ataupun
membaca. Dalam kondisi stress dan depresi seperti itu, merupakan naluri alamiah
manusia mencari sesuatu agar mereka terhindar dari stres yang membelenggu.
Namun tak jarang sebagian dari kita justru mencari pelarian sesaat atau
pelampiasan kepada hal-hal yang sifatnya merusak diri, seperti mengkonsumsi
narkoba, hingga nekat berbuat vandalisme (kejahatan). Sangat disayangkan bila
kita sampai terjerumus melakukan hal-hal yang bisa merusak dan merugikan diri
kita. Padahal masih ada cara lain yang lebih murah dan mudah untuk mengatasi
beban masalah yang menjerat kita yaitu dengan sebuah terapi kejiwaan. Terapi
kejiwaan ini dikenal dengan nama
“Biblioterapi”, yaitu suatu terapi kejiwaan dengan
menggunakan bantuan buku. Di sinilah kita akan mengakui betapa kekuatan sebuah
buku mampu menjadi terapi bagi kesehatan jiwa kita. Kemudian akan timbul
pertanyaan, apakah hubungannya masalah kejiwaan dengan buku? Ketahuilah bahwa
dari buku kita bisa mendapatkan banyak hal, antara lain ilmu pengetahuan,
informasi, hiburan, dan banyak lagi manfaat yang bisa kita peroleh dari sebuah
buku.
A. Media Film
Ketika seorang siswa
membutuhkan layanan media film tersebut. Karena dengan adanya media film dapat
menyelesaikan masalah yang ada pada diri siswa tersebut bahkan jika untuk siswa
yang tidak memiliki masalah dapat memberi solusi-solusi dalam film yang
ditayangkan
Soal
3. Siapakah yang dapat diberi layanan
biblioterapi?
A. Biblioterapi
Setiap orang baik yang
bermasalah maupun tidak bermasal namun yg lebih diutamakan yaitu yg merasa
memiliki masalah karena dengan diberikan layanan bibloterapi diharapkan ketika
seseorang membaca buku mereka dapat mengambil
informasi, nilai, dan solusi tepat dari permasalahan yang dihadapi
melalui buku yang dibaca. Dengan terlaksananya layanan biblioterapi, secara
tidak langsung siswa diarahkan untuk meningkatkan minat baca mereka. Selain itu
proses biblioterapi memungkinkan seseorang menciptakan banyak kelompok diskusi
berdasarkan bahan pustaka yang dirujuk sebagai buku terapi. Sedangka untuk
seorang yang memiliki masalah diharapkan dengan buku tersebut mereka dapat
menyelesaikan masalah yang sedang dihadapi.
B. Media Film
Setiap orang baik yang
bermasalah maupun tidak bermasal namun yg lebih diutamakan yaitu yg merasa
memiliki masalah karena dengan diberikan layanan bibloterapi diharapkan ketika
seseorang membaca buku mereka dapat mengambil
informasi, nilai, dan solusi tepat dari permasalahan yang dihadapi
melalui film yang dilihat. Dengan terlaksananya layanan media film, secara
tidak langsung siswa diarahkan untuk meningkatkan minat mereka. Selain itu
proses media film memungkinkan seseorang menciptakan banyak kelompok diskusi.
Sedangka untuk seorang yang memiliki masalah diharapkan dengan buku tersebut
mereka dapat menyelesaikan masalah yang sedang dihadapi.
Soal
4. Dimana biblioterapi dilakukan?..
Jawab
A. Biblioterapi
Bisa dikantor, dibawah
pohon dan dimana saja asalkan klien atau siswa merasa nyaman ketika
biblioterapi atau membaca buku tersebut
B. Media Film
Media film dapat dilakukan pada ruangan kelas atau aula/gedung secara
klasikal, berkelompok dan individual yang sesuai dengan permasalahan yang
diamlami oleh sisiwa atau klien
soal
5. Mengapa
biblioterapi harus diberikan kepad sisiwa atau klien?..
Jawab:
A. Biblioterapi
a. Agar klien atau siswa dapat melampaui
bingkai referensinya sendiri melalui imajinasi orang lain. Teknik ini dapat
menguatkan pola-pola sosial, budaya, menyerap nilai kemanusiaan dan saling
memiliki. Ketiga, tingkat perilaku siswa akan mendapatkan kepercayaan diri
untuk membicarakan masalah-masalah yang sulit didiskusikan akibat perasaan
takut, malu, dan bersalah.
b. Karena lewat membaca, siswa didorong
untuk diskusi tanpa rasa malu akibat rahasia pribadinya terbongkar. Keempat,
pada tingkat emosional, siswa dapat terbawa perasaannya dan mengembangkan
kesadaran menyangkut wawasan emosional. Teknik ini dapat menyediakan
solusi-solusi terbaik dari rujukan masalah sejenis yang telah dialami orang
lain sehingga merangsang kemauan yang kuat pada siswa untuk memecahkan
masalahnya dan mencapai pengembangan diri yang optimal.
c. Agar siswa mampu mengambil informasi,
nilai, dan solusi tepat dari permasalahan yang dihadapi melalui buku yang
dibaca. Dengan terlaksananya layanan biblioterapi, secara tidak langsung siswa
diarahkan untuk meningkatkan minat baca mereka terhadap koleksi bahan pustaka
yang disediakan oleh perpustakaan sekolah. Selain itu proses biblioterapi memungkinkan
siswa untuk menciptakan banyak kelompok diskusi berdasarkan bahan pustaka yang
dirujuk sebagai buku terapi.
B. Media Film
sebagai alat komunikasi yang sangat membantu proses
pembelajaran yang efektif dan efisiensi, mengatasi keterbatasan jarak dan waktu,
mampu menggambarkan peristiwa-peristiwa masa lalu secara realistis dalam waktu
yang singkat, film dapat diulangi bila perlu untuk menambah kejelasan,
mengembangkan imajinasi peserta didik, film sangat baik untuk menjelaskan suatu
proses dan dapat menjelaskan suatu ketrampilan. HASIL Menurut ahli media, film
pembelajaran yang telah dibuat oleh penulis yang berisi tentang ketrampilan
dasar mengajar dan praktik memperbaiki power supply komputer yang mempunyai
kekurangan yang terletak pada teknik pengambilan gambar yang masih belum
memenuhi standar film seperti ukuran/jenis dari shot yang dilakukan,
perpindahan scene dan pergerakan kamera. Oleh karena itu dalam hal pengambilan
gambar perlu dicari seseorang yang benar-benar ahli dalam bidang pengambilan
gambar. Ahli substansi juga berpendapat bahwa secara umum proses pengukuran
yang dilakukan sudah benar dan materi yang disampaikan logis. Terdapat
kesesuaian dari sajian visual dengan materi yang disampaikan. Disarankan agar
proses perbaikan power supply komputer diawali dengan proses troubleshooting
yang lebih mendetail
soal
6. Bagaiman tahab-tahab biblioterapidan
aplikasinya?
Jawab:
A. Tahab-tahab biblioterapi
a. Identifikasi, klien mengidentifikasi
dirinya dengan karakter dan peristiwa yang ada dalam buku, baik yang bersifat
nyata atau fiksi. Bila bahan bacaan yang disarankan tepat maka klien akan
mendapatkan karakter yang mirip atau mengalami peristiwa yang sama dengan
dirinya.
b. Katarsis, klien menjadi terlibat
secara emosional dalam kisah dan menyalurkan emosi-emosi yang terpendam dalam
dirinya secara aman (seringnya melalui diskusi atau karya seni).
c. Wawasan Mendalam (insight), setelah
katarsis klien (dengan bantuan pembimbing) menjadi sadar bahwa permasalahannya
bisa disalurkan atau dicarikan jalan keluarnya. Permasalahan klien mungkin saja
dia temukan dalam karakter tokoh dalam buku sehingga dalam menyelesaikannya dia
bisa mempertimbangkan langkah-langkah yang ada dalam cerita buku.
Biblioterapi dapat
disampaikan secara individual maupun kelompok. Pada individual biblioterapi,
bahan-bahan yang dibutuhkan harus bersifat khusus dan rinci. Klien harus
membaca bahan bacaan atau literatur yang sesuai dengan kesukaannya. Kegiatan
apa yang akan ditindaklanjuti juga bisa disampaikan secara individual pada
klien. Klien membahas kisah dalam buku dengan pembimbing, menulis laporan,
merekam dalam perekam suara, atau mengungkapkan reaksinya. Melalui proses ini
klien mampu membongkar beban emosi dan meringankan tekanan emosional. Selain
itu, dengan pemeriksaan dan analisis nilai-nilai moral dan stimulasi pemikiran
kritis, klien bisa mengembangkan kesadaran diri, meningkatkan konsep diri, dan
memperbaiki penilaian pribadi dan sosial. Hasilnya ada perbaikan perilaku,
kemampuan untuk menangani dan memahami masalah kehidupan yang penting, dan
peningkatan empati, toleransi, respek. Semuanya bisa dilakukan melalui
identifikasi dengan bahan bacaan yang sesuai.
B. Aplikasi biblioterapi
a. Identifikasi kebutuhan-kebutuhan klien. Tugas
ini dilakukan melalui pengamatan, berbincang dengan orangtua, penugasan untuk
menulis, dan pandangan dari sekolah atau fasilitas-fasilitas yang berisi rekam
hidup klien.
b. Sesuaikan klien dengan bahan-bahan
bacaan yang tepat. Carilah buku yang berhubungan dengan perceraian, kematian
keluarga, atau apapun yang dibutuhkan yang telah diidentifikasi. Jagalah
hal-hal ini dalam ingatan
c. Buku harus sesuai dengan tingkat
kemampuan baca klien
d. Tulisan harus menarik dan melatih
klien untuk lebih dewasa
e. Tema bacaan seharusnya sesuai dengan
kebutuhan yang telah diidentifikasi dari klien.
f. Karakteristik seharus dapat dipercaya
dan mampu memunculkan rasa empati
g. Alur kisah seharusnya realistis dan
melibatkan kreativitas untuk menyelesaian masalah.
h. Putuskan susunan waktu dan sesi serta
bagaimana sesi diperkenalkan pada klien.
i. Rancanglah aktivitas-aktivitas tindak
lanjut setelah membaca, seperti diskusi, menulis makalah, menggambar, dan
drama.
j. Motivasi klien dengan aktivitas
pengenalan seperti mengajukan pertanyaan untuk menuju ke pembahasan tentang
tema yang dibicarakan.
k. Libatkan klien dalam fase membaca, berkomentar
atau mendengarkan. Ajukan pertanyaan-pertanyaan pokok dan mulaialah berdiskusi
kecil tentang bacaan. Secara berkala, simpulkan apa yang terjadi secara panjang
lebar.
l. Berilah waktu jeda beberapa menit agar
klien bisa merefleksikan materi bacaannya.
m. Kenalkan aktivitas tindak lanjut:
a. Menceritakan kembali kisah yang dibaca
b. Diskusi mendalam tentang buku,
misalnya diskusi tentang benar dan salah, moral, hukum, letak kekuatan dan
kelemahan dari karakter utama dan lain-lain.
c. Aktivitas seni seperti menggambar
ilustasi persitiwa kisah, membuat kolase dari foto majalah dan berita utama
untuk mengilustrasikan peristiwa-peristiwa dalam kisah, melukis gambar
peristiwa)
d. Menulis kreatif, seperti menyelesaikan kisah
dalam cara yang berbeda, mengkaji keputusan dari karakter
e. Drama, seperti bermain peran, merekonstruksi
kisah dengan wayang yang dibuat selama aktivitas seni, yang menjadi coba-coba
dalam karakter
f. Dampingi klien untuk meraih penutupan
melalui diskusi dan menyusun daftar jalan keluar yang mungkin atau aktivitas
lainnya.
C. Tahab media film
a. Identifikasi, klien mengidentifikasi
dirinya dengan karakter dan peristiwa yang ada dalam film, baik yang bersifat
nyata atau fiksi. Bila bahan film yang disarankan tepat maka klien akan
mendapatkan karakter yang mirip atau mengalami peristiwa yang sama dengan
dirinya.
b. Katarsis, klien menjadi terlibat
secara emosional dalam kisah dan menyalurkan emosi-emosi yang terpendam dalam
dirinya secara aman
c. Wawasan Mendalam (insight), setelah katarsis klien (dengan bantuan pembimbing)
menjadi sadar bahwa permasalahannya bisa disalurkan atau dicarikan jalan
keluarnya. Permasalahan klien mungkin saja dia temukan dalam karakter tokoh
dalam buku sehingga dalam menyelesaikannya dia bisa mempertimbangkan
langkah-langkah yang ada dalam cerita buku.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar