Senin, 09 Desember 2013

BIMBINGAN DAN KONSELING



                                                             BAB I     
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang Masalah

                   Temuan penelitian dari Kartadinata,S.dkk. (1996-1999)
menunjukan bahwa program Bimbingan dan Konseling di sekolah akan efektif apabila didasarkan kepada kebutuhan nyata dan kondisi objektif peserta didik. Merujuk pada hasil penelitian tersebut, maka untuk memudahkan konselor mengembangkan program Bimbingan dan Konseling di sekolah, dilakukan penelitian lanjutan mengenai pengembangan perangkat lunak ATP siswa. ATP inilah salah satu dari aplikasi teknologi informasi dalam assesmen BK.
Proses penelitian ini diawali dengan penyusunan instrumen, yaitu ITP (Inventori Tugas Perkembangan) sebagai upaya untuk melakukan need assesment. Perumusan ITP didasarkan hasil penelaahan terhadap tugas-tugas perkembangan peserta didik di semua jenjang pendidikan. Data yang diperleh melalui ITP kemudian dianalisis melalui ATP (Analisis Tugas perkembangan) sebagai perangkat lunak yang dirancang untuk mengolah data secara computerized.
Fungsi Assesmen adalah untuk memperoleh informasi yang lengkap sehingga dapat digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam merencanakan program pembelajaran bagi anak. sedangkan yang dimaksud dengan ITP (inventori tugas perkembangan) adalah instrumen yang digunakan untuk memahami tingkat perkembangan individu. Perumusan ITP didasarkan pada hasil penelaahan terhadap tugas-tugas perkembangan para peserta didik di semua jenjang pendidikan. Data yang diperoleh melalui ITP dianalisis melalui ATP (Analisis tugas perkembangan) yang merupakan program aplikasi komputer (software) yang digunakan khusus untuk memberikan skor dan melakukan analisis tingkat perkembangan siswa yang dibimbing, baik secara individual maupun kelompok. Dengan ATP hasil ITP lebih mudah dan lebih cepat diolah serta ditafsirkan, sehingga ITP dan ATP merupakan satu paket instrumen yang sangat bermanfaat bagi konselor.

B. Tujuan Penulisan
Berdasarkan hasil penulisan makalah ini, dapat disusun program bimbingan dan konseling yang memungkinkan peserta didik dapat berkembang secara wajar, utuh dan sesuai dengan kemampuan yang dimilikinya.
C.   Rumusan Masalah
1.  Apakah program bimbingan dan konseling di sekolah sudah efektif ?
2. Bagaimana tugas-tugas perkembangan para peserta didik di semua jenjang pendidikan?
3.  Bagaimanakah merencanakan program pembelajaran bagi peserta didik?









BAB II
PEMBAHASAN
A.    Program Bimbingan Dan Konseling
program pelayanan Bimbingan dan Konseling di sekolah disusun berdasarkan kebutuhan peserta didik (need assessment) yang diperoleh melalui aplikasi instrumentasi
Program pelayanan Bimbingan dan Konseling pada masing-masing satuan sekolah dikelola dengan memperhatikan keseimbangan dan kesinambungan program antar kelas dan antar jenjang kelas, dan mensinkronisasikan program pelayanan Bimbingan dan Konseling dengan kegiatan pembelajaran mata pelajaran dan kegiatan ekstra kurikuler, serta mengefektifkan dan mengefisienkan penggunaan fasilitas sekolah.
program Bimbingan dan Konseling terdiri 5 (lima) jenis program, yaitu:
1.      Program Tahunan, yaitu program pelayanan Bimbingan dan Konseling meliputi seluruh kegiatan selama satu tahun untuk masing-masing kelas di sekolah/madrasah.
2.      Program Semesteran, yaitu program pelayanan Bimbingan dan Konseling meliputi seluruh kegiatan selama satu semester yang merupakan jabaran program tahunan.
3.      Program Bulanan, yaitu program pelayanan Bimbingan dan Konseling meliputi seluruh kegiatan selama satu bulan yang merupakan jabaran program semesteran.
4.      Program Mingguanyaitu program pelayanan Bimbingan dan Konseling meliputi seluruh kegiatan selama satu minggu yang merupakan jabaran program bulanan.
5.      Program Harian,yaitu program pelayanan Bimbingan dan Konseling yang dilaksanakan pada hari-hari tertentu dalam satu minggu. Program harian merupakan jabaran dari program mingguan dalam bentuk satuan layanan (satlan) dan atau satuan kegiatan pendukung (satkung) Bimbingan dan Konseling.
B.     Instrumen Alat Ungkap Masalah (AUM)
Salah satu kompetensi yang harus dikuasai oleh seorang guru bimbingan dan konseling (konselor) adalah memahami konseli secara mendalam, termasuk didalamnya adalah memahami kemungkinan-kemungkinan masalah yang dihadapi konseli. Melalui pemahaman yang adekuat tentang masalah-masalah yang dihadapi konseli, seorang konselor selanjutnya dapat menentukan program layanan bimbingan dan konseling, baik yang bersifat preventif, pengembangan maupun kuratif, sehingga pada gilirannya diharapkan upaya pemberian layanan dapat berjalan lebih efektifTentunya banyak cara untuk memahami masalah-masalah yang dihadapi oleh konseli dan salah satunya dapat dilakukan melalui penggunaan Alat Ungkap Masalah atau biasa disebut AUM
 AUM merupakan instrumen yang dapat dipergunakan untuk memahami atau memperkirakan masalah yang kemungkinan dihadapi oleh siswa didik kita.
C.    Inventori Tugas Perkembangan (Itp)
        Inventori Tugas Perkembangan Adalah Instrumen yang digunakan untuk memahami tingkat perkembangan individu. ITP ini dimaksudkan untuk menunjang kegiatan bimbingan dan konseling di sekolah. ITP di susun dalam 4 buku inventori, masing-masing memahami perkembangan peserta didik di tingkat SD, SMP, SMA, dan perguruan tinggi. Tingkatan perkembangan merupakan struktur kontinum perkembangan diri dari yang paling sederhana sampai yang paling kompleks, digunakan untuk mendiskripsikan keberadan individu dalam kontinum perkembangan. Setiap tingkatan di bangun atas dasar tingkatan sebelumnya dan menjadi dasar tingkatan berikutnya. Peningkatan perkembangan sepanjang kontinum perkembangan menggambarkan perbedaan kualitatif tentang cara-cara individu berinteraksi dengan lingkungannya.

D.     Aspek-aspek yang di ukur

        Dalam ITP, ada 10 aspek yang di ukur untuk siswa SD dan SMP, sementara untuk siswa SMA dan perguruan tinggi ada 11 aspek, yaitu :
1.    Landasan hidup religius
2.    Landasan perilaku etis
3.    Kematangan emosional
4.    Kematangan intelektual
5.    Kesadaran tanggungjawab
6.    Peran sosial sebagai pria atau wanita
7.    Peneriamaan diri dan pengembangannya
8.    Kemandirian perilaku
9.    Wawasan persiapan karir
10. Kematangan hubungan dengan teman sebaya
11. Persiapan diri untuk pernikahan dan hidup berkeluarga

E.     Karakteristik Khas Angket ITP
1.ITP berbentuk angket terdiri dari kumpulan pernyataan, di mana setiap nomor terdiri dari 4 butir pernyataan yang mengukur satu subaspek.
2.Tingkat perkembangan siswa dapat di lihat dari skor yang diperoleh pada setiap aspek.
3. Besar skor yang diperoleh menunjukkan tingkat perkembangan siswa.
4. Angket ITP untuk setiap tingkat pendidikan memiliki jumlah soal yang berbeda. ITP SD dan ITP SMP memiliki jumlah soal 50, di mana setiap soal memiliki 4 butiran pilihan. Pada proses pengolahan yang di skor hanya 40 soal, sedangkan yang 10 butir soal untuk mengontrol tingkat konsistensi peserta didik dalam menjawab atau mengerjakan ITP. Sedangkan ITP tingkat SMA dan PT memiliki jumlah butir soal 77, di mana setiap butir soal memiliki 4 butir pernyataan piliahn. Pada proses pengolahan yang di skor hanya 66 butir soal, sedangkan yang 11 butir soal lainyya digunakan untuk mengontrol tingkat konsistensi peserta didik dalam menjawab atau mengerjakan ITP.

F.     Kelebihan dan Kekurangan ITP
Kelebihan ITP
1.Melalaui skor hasil ITP konselor dapat lebih mudah memahami tingkat perkembangan individu.
2. Alat asesmen yang dapat digunakan sebagai dasar penetapan program bimbinga dan konseling berbasis perkembangan individu.
3.Pengolahan hasil ITP dapat dilakukan dengan cepat karena dilengkapi dengan program pengolahan ATP berbasis komputer versi
Kekurangan ITP
1.Belum dapat digunakan sebagai alat seleksi, baik untuk menentukan kelulusan maupun untuk penempatan.
2.Skor ITP belum di uji hubungannya dengan aspek perkembangan atau aspek kepribadian lainnya, sehingga belum dapat digunakan untuk memprediksi aspek kepribadian sacara lengkap.
3.Penggunaan ITP sebagai dasar pengembangan model bimbingan di perguruan tinggi telah di uji secara empirik. Namun jumlah sekolah uji coba masih terbatas.
4.Penggunaan ATP untuk kalangan luas masih dalam tahap awal, sehingga masukkan untuk penyempurnaan ITP maupun ATP masih diharapkan dari para pemakai.


G. Peran dan Fungsi Konselor
1.Perencana, yaitu memulai dari menetapkan tujuan pelaksanaan asesmen, menetapka peserta didik sebagai sasaran asesmen, menyediakan buku dan lembar jawaban ITP sesuai jumlah peserta didik sasaran, dan membuat satuan layanan asesmen ITP.
2. Pelaksanan, yaitu memberikan verbal setting (menjelaskan tujuan, manfaat, dan kerahasiaan data), memandu peserta didik dalam cara mengerjakan sehingga dapat dipastikan seluruh peserta didik mengisinya dengan benar.
3.Melakukan pengolahan data kuantitatif mulai dari menghitung hasil dengan menggunakan format yang spesifi, berdasarkan skoor yang diperoleh menetapkan tingkat pencapaian tugas pekembangan, membuat grafik 11 aspek perkembangan, serta membuat deskripsi analisis kualitatif pencapaian tahap perkembangan dan aspek perkembangan dengan merujuk pada pedoman yang ada.
4.Melakukan tindak lanjut dari hasil asesmen dengan membuat program layanan bimbingan dan konseling yang sesuai denga kebutuhan dan kondisi peserta didik.
H. Pengertian Sosiometri
Sebelum kita mengenal lebih jauh mengenai sosiometri, terlebih dahulu kita harus mengerti arti apa sosiometri itu. Banyak para pakar yang mengemukakan pikirannya mengenai sosiometri, antara lain:
 I. Djumhur dan Muh. Surya, 1985
Sosiometri adalah alat yang tepat untuk mengumpulkan data mengenai hubungan-hubungan sosial dan tingkah laku sosial murid.
                                                          
2 Bimo Walgito, 1987
Sosiometri adalah alat untuk dapat melihat bagaimana hubungan sosial atau hubungan berteman seseorang.
3.WS. Winkel, 1985
Sosiometri merupakan suatu metode untuk memperoleh data tentang hubungan sosial dalam suatu kelompok, yang berukuran kecil sampai sedang ( 10 - 50 orang ), berdasarkan preferensi pribadi antara anggota-anggota kelompok
4.Dewa Ktut Sukardi, 1983
Sosiometri adalah suatu alat yang dipergunakan mengukur hubungan sosial siswa dalam kelompok.
5.Depdikbud, 1975
Sosiometri adalah alat untuk meneliti struktur sosial dari suatu kelompok  dasar penelaahan terhadap relasi sosial dan status sosial dari masing-masing anggota kelompok yang bersangkutan.
Dari beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan pengertian sosiometri adalah suatu tehnik untuk mengumpulkan data tentang hubungan sosial seorang individu dengan individu lain, struktur hubungan individu dan arah hubungan sosialnya dalam suatu kelompok



I.Macam- Macam Sosiometri
Tes Sosiometri ada dua macam , yaitu :
1. Tes yang mengharuskan untuk memilih beberapa teman dalam kelompok sebagai pernyataan kesukaan untuk melakukan kegiatan tertentu  criteriumbersama-sama dengan teman-teman yang dipilih.
2.Tes yang mengharuskan menyatakan kesukaannya atau ketidaksukaannya terhadap teman-teman dalam kelompok pada umumnya.
Tes sosiometri jenis pertama paling sering digunakan di institusi-institusi pendidikan dengan tujuan meningkatkan jaringan hubungan sosial dalam kelompok,sedangkan jenis yang kedua jarang digunakan, dan inipun untuk mengetahui jaringan hubungan sosial pada umumnya saja
J. Ciri- Ciri Sosiometri
Berikut adalah ciri khas penggunaan angket sosiometri atau tes sosiometri , yang terikat pada situasi pergaulan sosial atau kriterium (creterium) tertentu.
1.Dijelaskan kepada siswa yang tergabung dalam suatu kelompok, misalnya satuan kelas, bahwa akan dibentuk kelompok-kelompok lebih kecil ( 4-6 orang ) dalam rangka mengadakan kegiatan tertentu, seperti belajar kelompok dalam kelas, rekreasi bersama ke pantai, dsb. Kegiatan tertentu itu merupakan situasi pergaulan sosial ( criterion ) yang menjadi dasar bagi pilihan-pilihan.
2.Setiap siswa diminta untuk menulis pada blanko yang disediakan namabeberapa teman di dalam kelompok, dengan siapa dia ingin dan lebih suka melakukan kegiatan itu. Jumlah teman yang boleh dipilih biasanya tiga orang, dalam urutan pilihan pertama, kedua, dan ketiga. Yang terungkap dalam pilihan-pilihan itu bukanlah jaringan hubungan sosial yang sekarang ini sudah ada, melainkan keinginan masing-masing siswa terhadap kegiatan-kegiatan tertentu dalam hal pembentukan kelompok. Pilihan-pilihan itu dapat berubah, bila tes sosiometri diterapkan lagi pada lain kesempatan terhadap kegiatan lain (kriterium berbeda).Ada kemungkinan siswa akan memilih teman-teman yang lain untuk belajar bersama di kelas, dibanding dengan pilihan-pilihannya untuk pergi piknik bersama. Pilihan-pilihan siswa tidak menyatakan alasan untuk memilih, kecuali bila hal itu dinyatakan dalam tes. Pilihan-pilihan juga tidak menyatakan tentang sering tidaknya bergaul dengan teman-teman tertentu, atau intim tidaknya pergaulan dengan teman-teman tertentu; bahkan tidak mutlak terungkapkan taraf popularitas siswa tertentu, dalam arti biasanya mempunyai banyak teman,beberapa teman atau sama sekali tidak mempunyai teman (umumnya populer atau tidak).
3.Setiap siswa dalam kelompok menangkap dengan jelas kegiatan apa yang dimaksud, dan mengetahui bahwa kegiatan itu terbuka bagi semua.
4.Pilihan-pilihan dinyatakan secara rahasia dan hasil keseluruhan pemilihan juga dirahasiakan. Hal ini mencegah timbulnya rasa tidak enakpada siswa, yang tidak suka pilihannya diketahui umum atau akan mengetahui bahwa ia tidak dipilih. Ciri kerahasiaan juga memungkinkan bahwa dibentuk kelompok-kelompok kecil yang tidak seluruhnya sesuai dengan pilihan-pilihan siswa sendiri.       
5.Biasanya siswa diminta untuk menyatakan siapa yang mereka pilih, bukan siapa yang tidak mereka pilih dalam urutan tidak begitu disukai, kurang disukai, tidak disukai, sama sekali tidak disukai. Menyatakan pilihan yang negatif mudah dirasakan sebagai beban psikologis lebih-lebih dalam lingkungan kebudayaan yang menekankan kelincahan dalam pergaulan sosial sebagai ideal.
6.Tenaga kependidikan yang dapat menerapkan tes sosiometri adalah guru bidang  studi, wali kelas, dan tenaga ahli bimbingan, tergantung dari kegiatan yang akan dilakuka     n
K.Kegunaan Sosiometri
Sosiometri dapat dipergunakan untuk :
1.Memperbaiki hubungan insani.
2.Menentukan kelompok kerja
3.Mengetahui bagaimana hubungan sosial atau berteman seorang individu denganindividu lainnya.
4.Mencoba mengenali problem penyesuaian diri seorang individu dalam kelompok sosial tertentu.
5.Menemukan individu mana yang diterima atau ditolak dalam kelompok social tertentu
              L. Norma- Norma Sosiometri
Baik tidaknya hubungan sosial individu dengan individu lain dapat dilihat dari beberapa segi yaitu :
1.Frekuensi hubungan, yaitu sering tidaknya individu bergaul. makin sering individu bergaul, pada umumnya individu itu makin baik dalam segi hubungan sosialnya. Bagi individu yang mengisolir diri, di mana ia kurang bergaul, hal ini menunjukkan bahwa di dalam pergaulannya kurang baik.
2.Intensitas hubungan, yaitu intim tidaknya individu bergaul. Makin intim atau mendalamseseorang dalam hubungan sosialnya dapat dinyatakan bahwa hubungan sosialnya makin baik. Teman intim merupakan teman akrab yang mempunyai intensitas hubungan yang mendalam.
3.Popularitas hubungan, yaitu banyak sedikitnya teman bergaul. Makin banyak teman di dalam pergaulan pada umumnya dapat dinyatakan makin baik dalam hubungan sosialnya. Faktor popularitas tersebut digunakan sebagai ukuran atau kriteria untuk melihat baik tidaknya seseorang dalam hubungan atau kontak sosialnya
M. Manfaat Sosiometri
Manfaat sosiometri bagi konselor dalam bimbingan antara lain:
1.Menemukan murid mana yang ternyata mempunyai masalah penyesuaian diri dalam kelompoknya.
2. Membantu meningkatkan partisipasi sosial diantara murid-murid dengan
3.penerimaan sosialnya.
4.Membantu meningkatkan pemahaman dan pengertian murid terhadap masalah pergaulan yang sedang dialami oleh individu tertentu.
5.Merencanakan program yang konstruktif untuk menciptakan iklim sosial yang lebih baik dan sekaligus membantu mengatasi masalah penyesuaian di kelas tertentu
N.Hal-hal Yang Perlu Diperhatikan dalam Penggunaan Sosiometri
1.Sosiometri tidak seharusnya dipergunakan sendirian, terlepas dari data yang dikumpulkan melalui metode lain.
2.Agar menghasilkan data yang valid, pembimbing/pengumpul data harus mengikuti semua prosedur / langkah-langkah penyelenggaraan sosiometri secara tepat.
3.Informasi yang diperoleh harus dijaga kerahasiannya. Hal ini dimaksudkan untuk menghindari terjadinya anak yang terisolir menjadi makin rendah diri.
4. Perlu diusahakan untuk meniadakan klik-klik di dalam kelompok sosial.
5.Pemindahan anak-anak yang terisolir masuk ke dalam kelompok lain, harus diperhatikan interaksi penerimaan kedua belah pihak.Pembimbing perlu menyadari kebutuhan khusus apa yang diperlukan oleh individu-individu tertentu.


O.Keunggulan dan Kelemahan Sosiometri
Sebagai suatu cara untuk mengetahui tingkat kebersamaan manusia dalam berkelompok, tentunya ada keunggulan dan kelemahannya. Keunggulan dan kelemahannya antara lain:

             1.Keunggulan Sosiometri        
a.Mengetahui hubungan sosial antar siswa.
b.Meningkatkan hubungan sosial antar siswa.
c. Menempatkan siswa dalam kelompok yang sesuai.
d.Menemukan siswa mana yang mempunyai masalah penyesuaian diri dengan kelompoknya.
e.Membantu meningkatkan partisipasi sosial diantara siswa dengan penerimaan sosialnya.
f. Membantu meningkatkan pemahaman siswa dalam pergaulan yang sedang dialami.
g.Membantu konselor dalam menciptakan iklim sosial yang lebih baik dengan menyesuaikan program yang konstruktif.
2.Kelemahan Sosiometri
a.Sangat sulit dijamin kerahasiannya, karena siswa cenderung saling menanyai pilihannya.
b.Siswa memilih bukan atas dasar pertimbangan dengan siapa dia akan paling berhasil dalam melakukan pekerjaan, tetapi atas dasar rasa simpati dan antipati
c. membutuhkan waktu lama
















BAB III
KESIMPULAN
Manusia sepanjang hidupnya selalu mengalami perkembangan. Perkembangan tersebut berlangsung dalam beberapa tahap yang saling berkaitan. Gangguan pada salah satu tahap dapat mengakibatkan terhambatnya perkembangan secara keseluruhan.untuk mengidentifikasi masalah perkembangan, diperlukan pengukuran kuantitatif tentang tingkat-perkembangan mulai dari tingkat sekolah dasar sampai dengan perguruan tinggi.
Salah satu instrumen yang dapat digunakan untuk mengukur tingkat perkembangan peserta didik adalah itp (inventori tugas perkembangan) yang dikembangkan oleh sunaryo, dkk. Dengan alat itp, guru bimbingan dan konseling (konselor) dapat memahami tingkat perkembangan individu maupun kelompok, mengidentifikasi masalah yang menghambat perkembangan dan membantu peserta didik yang bermasalah dalam menyelesaikan tugas perkembangannya.
Berdasarkan hasil pengukuran ini, dapat disusun program bimbingan yang memungkinkan peserta didik dapat berkembang secara wajar, utuh dan sesuai dengan kemampuan yang dimilikinya.






DAFTAR PUSTAKA
Echols, J. M. dan Shadily, H. (1995). Kamus Inggris Indonesia. Jakarta: Gramedia.
A. Muri. Yusuf, (2008) : Manajemen Peleyanan: Bimbingan Konseling. Bahan Seminar Universitas Negeri Padang.
 (2000) Seminar Sehari Akuntababilitas Pelayanan Bimbingan Konseling. FIP. Unversitas Negeri Padang.
Darma Setiawan Salim, (2002) Manajeman Pemerintahan Indonesia.Jakarta: Djambatan.
Prayitno, (1999) Panduan Kegiatan Pengawasan Bimbingan dan Konseling di Sekolah, Rineke Cipta.
       G.R.Terry dan L.W.Rose (2001) Dasar – dasar Manajemen.Jakarta : Bumi Aksar          


Tidak ada komentar:

Posting Komentar