BAB
I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Temuan penelitian dari
Kartadinata,S.dkk. (1996-1999)
menunjukan
bahwa program Bimbingan dan Konseling di sekolah akan efektif apabila
didasarkan kepada kebutuhan nyata dan kondisi objektif peserta didik. Merujuk
pada hasil penelitian tersebut, maka untuk memudahkan konselor mengembangkan
program Bimbingan dan Konseling di sekolah, dilakukan penelitian lanjutan
mengenai pengembangan perangkat lunak ATP siswa. ATP inilah salah satu dari
aplikasi teknologi informasi dalam assesmen BK.
Proses
penelitian ini diawali dengan penyusunan instrumen, yaitu ITP (Inventori Tugas
Perkembangan) sebagai upaya untuk melakukan need assesment. Perumusan ITP
didasarkan hasil penelaahan terhadap tugas-tugas perkembangan peserta didik di
semua jenjang pendidikan. Data yang diperleh melalui ITP kemudian dianalisis
melalui ATP (Analisis Tugas perkembangan) sebagai perangkat lunak yang
dirancang untuk mengolah data secara computerized.
Fungsi
Assesmen adalah untuk memperoleh informasi yang lengkap sehingga dapat
digunakan sebagai bahan pertimbangan dalam merencanakan program pembelajaran
bagi anak. sedangkan yang dimaksud dengan ITP (inventori tugas perkembangan)
adalah instrumen yang digunakan untuk memahami tingkat perkembangan individu.
Perumusan ITP didasarkan pada hasil penelaahan terhadap tugas-tugas
perkembangan para peserta didik di semua jenjang pendidikan. Data yang
diperoleh melalui ITP dianalisis melalui ATP (Analisis tugas perkembangan) yang
merupakan program aplikasi komputer (software) yang digunakan khusus untuk
memberikan skor dan melakukan analisis tingkat perkembangan siswa yang
dibimbing, baik secara individual maupun kelompok. Dengan ATP hasil ITP lebih
mudah dan lebih cepat diolah serta ditafsirkan, sehingga ITP dan ATP merupakan
satu paket instrumen yang sangat bermanfaat bagi konselor.
B. Tujuan Penulisan
Berdasarkan hasil penulisan makalah ini, dapat disusun program bimbingan
dan konseling yang memungkinkan peserta didik dapat berkembang secara wajar,
utuh dan sesuai dengan kemampuan yang dimilikinya.
C. Rumusan Masalah
1. Apakah program bimbingan dan
konseling di sekolah sudah efektif ?
2. Bagaimana tugas-tugas perkembangan
para peserta didik di semua jenjang pendidikan?
3.
Bagaimanakah merencanakan program pembelajaran bagi peserta didik?
BAB II
PEMBAHASAN
A.
Program
Bimbingan Dan Konseling
program
pelayanan Bimbingan dan Konseling di sekolah disusun berdasarkan kebutuhan
peserta didik (need assessment) yang diperoleh melalui aplikasi instrumentasi
Program
pelayanan Bimbingan dan Konseling pada masing-masing satuan
sekolah dikelola dengan memperhatikan keseimbangan dan kesinambungan program
antar kelas dan antar jenjang kelas, dan mensinkronisasikan program pelayanan
Bimbingan dan Konseling dengan kegiatan pembelajaran mata pelajaran dan
kegiatan ekstra kurikuler, serta mengefektifkan dan mengefisienkan penggunaan
fasilitas sekolah.
program Bimbingan dan Konseling terdiri 5 (lima) jenis program, yaitu:
1.
Program
Tahunan, yaitu program pelayanan
Bimbingan dan Konseling meliputi seluruh kegiatan selama satu tahun untuk
masing-masing kelas di sekolah/madrasah.
2.
Program
Semesteran, yaitu program pelayanan Bimbingan
dan Konseling meliputi seluruh kegiatan selama satu semester yang
merupakan jabaran program tahunan.
3.
Program Bulanan, yaitu
program pelayanan Bimbingan dan Konseling meliputi seluruh kegiatan selama satu
bulan yang merupakan jabaran program semesteran.
4.
Program Mingguan, yaitu
program pelayanan Bimbingan dan Konseling meliputi seluruh kegiatan selama satu
minggu yang merupakan jabaran program bulanan.
5.
Program Harian,yaitu
program pelayanan Bimbingan dan Konseling yang dilaksanakan pada hari-hari
tertentu dalam satu minggu. Program harian merupakan jabaran dari program
mingguan dalam bentuk satuan layanan (satlan) dan atau satuan kegiatan
pendukung (satkung) Bimbingan dan Konseling.
B.
Instrumen Alat Ungkap Masalah (AUM)
Salah satu kompetensi yang harus dikuasai oleh seorang guru bimbingan dan
konseling (konselor) adalah memahami konseli secara mendalam, termasuk
didalamnya adalah memahami kemungkinan-kemungkinan masalah yang dihadapi
konseli. Melalui pemahaman yang adekuat tentang masalah-masalah yang dihadapi
konseli, seorang konselor selanjutnya dapat menentukan program layanan
bimbingan dan konseling, baik yang bersifat preventif, pengembangan maupun
kuratif, sehingga pada gilirannya diharapkan upaya pemberian layanan dapat
berjalan lebih efektifTentunya banyak cara untuk memahami masalah-masalah yang
dihadapi oleh konseli dan salah satunya dapat dilakukan melalui penggunaan Alat
Ungkap Masalah atau biasa disebut AUM
AUM merupakan instrumen yang dapat
dipergunakan untuk memahami atau memperkirakan masalah yang kemungkinan
dihadapi oleh siswa didik kita.
C. Inventori
Tugas Perkembangan (Itp)
Inventori Tugas Perkembangan Adalah Instrumen yang digunakan untuk memahami
tingkat perkembangan individu. ITP ini dimaksudkan untuk menunjang kegiatan
bimbingan dan konseling di sekolah. ITP di susun dalam 4 buku inventori,
masing-masing memahami perkembangan peserta didik di tingkat SD, SMP, SMA, dan
perguruan tinggi. Tingkatan perkembangan merupakan struktur kontinum
perkembangan diri dari yang paling sederhana sampai yang paling kompleks,
digunakan untuk mendiskripsikan keberadan individu dalam kontinum perkembangan.
Setiap tingkatan di bangun atas dasar tingkatan sebelumnya dan menjadi dasar
tingkatan berikutnya. Peningkatan perkembangan sepanjang kontinum perkembangan
menggambarkan perbedaan kualitatif tentang cara-cara individu berinteraksi
dengan lingkungannya.
D. Aspek-aspek yang di ukur
Dalam ITP, ada 10 aspek yang di ukur untuk siswa SD dan SMP, sementara untuk
siswa SMA dan perguruan tinggi ada 11 aspek, yaitu :
1. Landasan hidup
religius
2. Landasan
perilaku etis
3. Kematangan emosional
4. Kematangan
intelektual
5. Kesadaran
tanggungjawab
6. Peran sosial
sebagai pria atau wanita
7. Peneriamaan
diri dan pengembangannya
8. Kemandirian
perilaku
9. Wawasan
persiapan karir
10. Kematangan hubungan dengan teman
sebaya
11. Persiapan diri untuk pernikahan
dan hidup berkeluarga
E. Karakteristik
Khas Angket ITP
1.ITP berbentuk angket terdiri dari
kumpulan pernyataan, di mana setiap nomor terdiri dari 4 butir pernyataan yang
mengukur satu subaspek.
2.Tingkat perkembangan siswa dapat
di lihat dari skor yang diperoleh pada setiap aspek.
3. Besar skor yang diperoleh
menunjukkan tingkat perkembangan siswa.
4. Angket ITP untuk setiap
tingkat pendidikan memiliki jumlah soal yang berbeda. ITP SD dan ITP SMP
memiliki jumlah soal 50, di mana setiap soal memiliki 4 butiran pilihan. Pada
proses pengolahan yang di skor hanya 40 soal, sedangkan yang 10 butir soal
untuk mengontrol tingkat konsistensi peserta didik dalam menjawab atau
mengerjakan ITP. Sedangkan ITP tingkat SMA dan PT memiliki jumlah butir soal
77, di mana setiap butir soal memiliki 4 butir pernyataan piliahn. Pada proses
pengolahan yang di skor hanya 66 butir soal, sedangkan yang 11 butir soal
lainyya digunakan untuk mengontrol tingkat konsistensi peserta didik dalam
menjawab atau mengerjakan ITP.
F. Kelebihan
dan Kekurangan ITP
Kelebihan
ITP
1.Melalaui skor hasil ITP konselor
dapat lebih mudah memahami tingkat perkembangan individu.
2. Alat asesmen yang dapat
digunakan sebagai dasar penetapan program bimbinga dan konseling berbasis
perkembangan individu.
3.Pengolahan hasil ITP dapat
dilakukan dengan cepat karena dilengkapi dengan program pengolahan ATP berbasis
komputer versi
Kekurangan
ITP
1.Belum dapat digunakan sebagai alat
seleksi, baik untuk menentukan kelulusan maupun untuk penempatan.
2.Skor ITP belum di uji hubungannya
dengan aspek perkembangan atau aspek kepribadian lainnya, sehingga belum dapat
digunakan untuk memprediksi aspek kepribadian sacara lengkap.
3.Penggunaan ITP sebagai dasar
pengembangan model bimbingan di perguruan tinggi telah di uji secara empirik.
Namun jumlah sekolah uji coba masih terbatas.
4.Penggunaan ATP untuk kalangan luas
masih dalam tahap awal, sehingga masukkan untuk penyempurnaan ITP maupun ATP
masih diharapkan dari para pemakai.
G. Peran dan Fungsi Konselor
1.Perencana, yaitu memulai dari
menetapkan tujuan pelaksanaan asesmen, menetapka peserta didik sebagai sasaran
asesmen, menyediakan buku dan lembar jawaban ITP sesuai jumlah peserta didik
sasaran, dan membuat satuan layanan asesmen ITP.
2. Pelaksanan, yaitu memberikan
verbal setting (menjelaskan tujuan, manfaat, dan kerahasiaan data), memandu
peserta didik dalam cara mengerjakan sehingga dapat dipastikan seluruh peserta
didik mengisinya dengan benar.
3.Melakukan pengolahan data
kuantitatif mulai dari menghitung hasil dengan menggunakan format yang spesifi,
berdasarkan skoor yang diperoleh menetapkan tingkat pencapaian tugas
pekembangan, membuat grafik 11 aspek perkembangan, serta membuat deskripsi
analisis kualitatif pencapaian tahap perkembangan dan aspek perkembangan dengan
merujuk pada pedoman yang ada.
4.Melakukan tindak lanjut dari hasil asesmen dengan
membuat program layanan bimbingan dan konseling yang sesuai denga kebutuhan dan
kondisi peserta didik.
H. Pengertian Sosiometri
Sebelum kita mengenal lebih jauh mengenai sosiometri,
terlebih dahulu kita harus mengerti arti apa sosiometri itu. Banyak para pakar
yang mengemukakan pikirannya mengenai sosiometri,
antara lain:
I. Djumhur dan Muh. Surya, 1985
Sosiometri
adalah alat yang tepat untuk mengumpulkan data mengenai hubungan-hubungan
sosial dan tingkah laku sosial murid.
2 Bimo Walgito, 1987
Sosiometri
adalah alat untuk dapat melihat bagaimana hubungan sosial atau hubungan
berteman seseorang.
3.WS. Winkel, 1985
Sosiometri
merupakan suatu metode untuk memperoleh data tentang hubungan sosial dalam
suatu kelompok, yang berukuran kecil sampai sedang ( 10 - 50 orang ),
berdasarkan preferensi pribadi antara anggota-anggota kelompok
4.Dewa Ktut Sukardi, 1983
Sosiometri
adalah suatu alat yang dipergunakan mengukur hubungan sosial siswa dalam
kelompok.
5.Depdikbud, 1975
Sosiometri
adalah alat untuk meneliti struktur sosial dari suatu kelompok dasar penelaahan terhadap relasi sosial dan
status sosial dari masing-masing anggota kelompok yang bersangkutan.
Dari
beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan pengertian sosiometri adalah suatu
tehnik untuk mengumpulkan data tentang hubungan sosial seorang individu dengan
individu lain, struktur hubungan individu dan arah hubungan sosialnya dalam
suatu kelompok
I.Macam- Macam Sosiometri
Tes Sosiometri ada dua macam , yaitu
:
1. Tes
yang mengharuskan untuk memilih beberapa teman dalam kelompok sebagai
pernyataan kesukaan untuk melakukan kegiatan tertentu criteriumbersama-sama
dengan teman-teman yang dipilih.
2.Tes
yang mengharuskan menyatakan kesukaannya atau ketidaksukaannya terhadap
teman-teman dalam kelompok pada umumnya.
Tes
sosiometri jenis pertama paling sering digunakan di institusi-institusi
pendidikan dengan tujuan meningkatkan jaringan hubungan sosial dalam
kelompok,sedangkan jenis yang kedua jarang digunakan, dan inipun untuk
mengetahui jaringan hubungan sosial pada umumnya saja
J. Ciri- Ciri Sosiometri
Berikut
adalah ciri khas penggunaan angket sosiometri atau tes sosiometri , yang
terikat pada situasi pergaulan sosial atau kriterium (creterium)
tertentu.
1.Dijelaskan
kepada siswa yang tergabung dalam suatu kelompok, misalnya satuan kelas, bahwa
akan dibentuk kelompok-kelompok lebih kecil ( 4-6 orang ) dalam rangka
mengadakan kegiatan tertentu, seperti belajar kelompok dalam kelas, rekreasi
bersama ke pantai, dsb. Kegiatan tertentu itu merupakan situasi pergaulan
sosial ( criterion ) yang menjadi dasar bagi pilihan-pilihan.
2.Setiap
siswa diminta untuk menulis pada blanko yang disediakan namabeberapa teman di
dalam kelompok, dengan siapa dia ingin dan lebih suka melakukan kegiatan itu.
Jumlah teman yang boleh dipilih biasanya tiga orang, dalam urutan pilihan
pertama, kedua, dan ketiga. Yang terungkap dalam pilihan-pilihan itu bukanlah
jaringan hubungan sosial yang sekarang ini sudah ada, melainkan keinginan
masing-masing siswa terhadap kegiatan-kegiatan tertentu dalam hal pembentukan
kelompok. Pilihan-pilihan itu dapat berubah, bila tes sosiometri diterapkan
lagi pada lain kesempatan terhadap kegiatan lain (kriterium berbeda).Ada
kemungkinan siswa akan memilih teman-teman yang lain untuk belajar bersama di
kelas, dibanding dengan pilihan-pilihannya untuk pergi piknik bersama.
Pilihan-pilihan siswa tidak menyatakan alasan untuk memilih, kecuali bila hal
itu dinyatakan dalam tes. Pilihan-pilihan juga tidak menyatakan tentang sering
tidaknya bergaul dengan teman-teman tertentu, atau intim tidaknya pergaulan
dengan teman-teman tertentu; bahkan tidak mutlak terungkapkan taraf popularitas
siswa tertentu, dalam arti biasanya mempunyai banyak teman,beberapa teman atau
sama sekali tidak mempunyai teman (umumnya populer atau tidak).
3.Setiap
siswa dalam kelompok menangkap dengan jelas kegiatan apa yang dimaksud, dan
mengetahui bahwa kegiatan itu terbuka bagi semua.
4.Pilihan-pilihan
dinyatakan secara rahasia dan hasil keseluruhan pemilihan juga dirahasiakan.
Hal ini mencegah timbulnya rasa tidak enakpada siswa, yang tidak suka
pilihannya diketahui umum atau akan mengetahui bahwa ia tidak dipilih. Ciri kerahasiaan
juga memungkinkan bahwa dibentuk kelompok-kelompok kecil yang tidak seluruhnya
sesuai dengan pilihan-pilihan siswa
sendiri.
5.Biasanya
siswa diminta untuk menyatakan siapa yang mereka pilih, bukan siapa yang tidak
mereka pilih dalam urutan tidak begitu disukai, kurang disukai, tidak disukai,
sama sekali tidak disukai. Menyatakan pilihan yang negatif mudah dirasakan
sebagai beban psikologis lebih-lebih dalam lingkungan kebudayaan yang
menekankan kelincahan dalam pergaulan sosial sebagai ideal.
6.Tenaga
kependidikan yang dapat menerapkan tes sosiometri adalah guru bidang
studi, wali kelas, dan tenaga ahli bimbingan, tergantung dari kegiatan yang
akan dilakuka n
K.Kegunaan
Sosiometri
Sosiometri dapat dipergunakan untuk
:
1.Memperbaiki hubungan insani.
2.Menentukan kelompok kerja
3.Mengetahui
bagaimana hubungan sosial atau berteman seorang individu denganindividu
lainnya.
4.Mencoba
mengenali problem penyesuaian diri seorang individu dalam kelompok sosial
tertentu.
5.Menemukan
individu mana yang diterima atau ditolak dalam kelompok social tertentu
L. Norma- Norma Sosiometri
Baik
tidaknya hubungan sosial individu dengan individu lain dapat dilihat dari
beberapa segi yaitu :
1.Frekuensi
hubungan, yaitu sering tidaknya individu bergaul. makin sering individu
bergaul, pada umumnya individu itu makin baik dalam segi hubungan sosialnya.
Bagi individu yang mengisolir diri, di mana ia kurang bergaul, hal ini
menunjukkan bahwa di dalam pergaulannya kurang baik.
2.Intensitas
hubungan, yaitu intim tidaknya individu bergaul. Makin intim atau
mendalamseseorang dalam hubungan sosialnya dapat dinyatakan bahwa hubungan
sosialnya makin baik. Teman intim merupakan teman akrab yang mempunyai
intensitas hubungan yang mendalam.
3.Popularitas
hubungan, yaitu banyak sedikitnya teman bergaul. Makin banyak teman di dalam
pergaulan pada umumnya dapat dinyatakan makin baik dalam hubungan sosialnya.
Faktor popularitas tersebut digunakan sebagai ukuran atau kriteria untuk
melihat baik tidaknya seseorang dalam hubungan atau kontak sosialnya
M. Manfaat Sosiometri
Manfaat sosiometri bagi konselor
dalam bimbingan antara lain:
1.Menemukan
murid mana yang ternyata mempunyai masalah penyesuaian diri dalam kelompoknya.
2. Membantu
meningkatkan partisipasi sosial diantara murid-murid dengan
3.penerimaan sosialnya.
4.Membantu
meningkatkan pemahaman dan pengertian murid terhadap masalah pergaulan yang
sedang dialami oleh individu tertentu.
5.Merencanakan
program yang konstruktif untuk menciptakan iklim sosial yang lebih baik dan sekaligus
membantu mengatasi masalah penyesuaian di kelas tertentu
N.Hal-hal
Yang Perlu Diperhatikan dalam Penggunaan Sosiometri
1.Sosiometri
tidak seharusnya dipergunakan sendirian, terlepas dari data yang dikumpulkan
melalui metode lain.
2.Agar
menghasilkan data yang valid, pembimbing/pengumpul data harus mengikuti semua
prosedur / langkah-langkah penyelenggaraan sosiometri secara tepat.
3.Informasi
yang diperoleh harus dijaga kerahasiannya. Hal ini dimaksudkan untuk
menghindari terjadinya anak yang terisolir menjadi makin rendah diri.
4. Perlu
diusahakan untuk meniadakan klik-klik di dalam kelompok sosial.
5.Pemindahan
anak-anak yang terisolir masuk ke dalam kelompok lain, harus diperhatikan
interaksi penerimaan kedua belah pihak.Pembimbing perlu menyadari kebutuhan
khusus apa yang diperlukan oleh individu-individu tertentu.
O.Keunggulan dan Kelemahan
Sosiometri
Sebagai
suatu cara untuk mengetahui tingkat kebersamaan manusia dalam berkelompok,
tentunya ada keunggulan dan kelemahannya. Keunggulan dan kelemahannya antara
lain:
1.Keunggulan Sosiometri
a.Mengetahui hubungan sosial antar
siswa.
b.Meningkatkan hubungan sosial antar
siswa.
c. Menempatkan siswa dalam
kelompok yang sesuai.
d.Menemukan
siswa mana yang mempunyai masalah penyesuaian diri dengan kelompoknya.
e.Membantu
meningkatkan partisipasi sosial diantara siswa dengan penerimaan sosialnya.
f. Membantu
meningkatkan pemahaman siswa dalam pergaulan yang sedang dialami.
g.Membantu
konselor dalam menciptakan iklim sosial yang lebih baik dengan menyesuaikan
program yang konstruktif.
2.Kelemahan Sosiometri
a.Sangat
sulit dijamin kerahasiannya, karena siswa cenderung saling menanyai pilihannya.
b.Siswa
memilih bukan atas dasar pertimbangan dengan siapa dia akan paling berhasil
dalam melakukan pekerjaan, tetapi atas dasar rasa simpati dan antipati
c.
membutuhkan waktu lama
BAB III
KESIMPULAN
Manusia sepanjang hidupnya selalu mengalami perkembangan. Perkembangan
tersebut berlangsung dalam beberapa tahap yang saling berkaitan. Gangguan pada
salah satu tahap dapat mengakibatkan terhambatnya perkembangan secara
keseluruhan.untuk mengidentifikasi masalah perkembangan, diperlukan pengukuran
kuantitatif tentang tingkat-perkembangan mulai dari tingkat sekolah dasar
sampai dengan perguruan tinggi.
Salah satu instrumen yang dapat digunakan untuk mengukur tingkat
perkembangan peserta didik adalah itp (inventori tugas perkembangan) yang
dikembangkan oleh sunaryo, dkk. Dengan alat itp, guru bimbingan dan konseling
(konselor) dapat memahami tingkat perkembangan individu maupun kelompok,
mengidentifikasi masalah yang menghambat perkembangan dan membantu peserta
didik yang bermasalah dalam menyelesaikan tugas perkembangannya.
Berdasarkan hasil pengukuran ini, dapat disusun program bimbingan yang
memungkinkan peserta didik dapat berkembang secara wajar, utuh dan sesuai
dengan kemampuan yang dimilikinya.
DAFTAR
PUSTAKA
Echols, J. M. dan Shadily, H.
(1995). Kamus Inggris Indonesia. Jakarta: Gramedia.
A. Muri. Yusuf, (2008) : Manajemen
Peleyanan: Bimbingan Konseling. Bahan Seminar Universitas Negeri Padang.
(2000) Seminar Sehari Akuntababilitas
Pelayanan Bimbingan Konseling. FIP. Unversitas Negeri Padang.
Darma Setiawan Salim, (2002)
Manajeman Pemerintahan Indonesia.Jakarta: Djambatan.
Prayitno, (1999) Panduan Kegiatan
Pengawasan Bimbingan dan Konseling di Sekolah, Rineke Cipta.
G.R.Terry
dan L.W.Rose (2001) Dasar – dasar Manajemen.Jakarta : Bumi Aksar
Tidak ada komentar:
Posting Komentar